Pengalaman Spiritual Di Raudah
Jika di Masjidil Haram ada Ka’bah, Hijir Ismail dan bukit Shafa yang menjadi tempat yang Mustajabah (tempat-tempat dikabulkannya doa), maka di Masjid Nabawi, ada Raudah sebagai tempat mustajabah yang tidak pernah surut didatangi para peziarah dari seluruh penjuru dunia.
Bagi yang belum tahu Raudah, area ini merupakan taman-taman surga yang letaknya di antara rumah dan mimbar Rasulullah SAW. Area ini ditandai dengan keberadaan karpet hijau. Bagi jamaah laki-laki, Raudhah hampir dibuka setiap waktu (entah sekarang setelah pandemi), sedangkan untuk jamaah wanita waktunya dibatasi dan harus didampingi pendamping khusus.
Walaupun, sudah tiga kali mengunjungi Baitullah, tetap saja keinginan untuk kembali selalu kuat. Gara-gara keseringan buka Tiktok dan muncul video-video tentang keajaiban saat Umroh membuat saya teringat akan peristiwa istimewa yang saya alami saat mengunjungi Raudhah.
Orang yang Memberikan Tempat Sholatnya Buat Saya
Siang itu sehabis shalat Dzuhur bersama kakak, Mami dan dua teman jamaah yang biasa pergi bersama-sama ke masjid merencanakan untuk pergi Raudhah. Waktu itu sekitar tahun 2005, di mana bisa mengunjungi Raudhah setiap habis shalat.
Masuk dari pintu 30, kami berlima sudah berniat untuk berdoa di tempat yang paling Indah di masjid Nabawi dan kami shock karena keadaaan sudah sangat ramai. Bertepatan dengan kami masuk, ada rombongan wanita dari timur tengah yang tingginya melebihi rata-rata orang Indonesia. Cukup membuat saya kaget karena langsung menyerobot. Rasanya kayak berebut oksigen apalagi tubuh saya mungil. Mami yang khawatir takut saya kegencet akhirnya memutuskan untuk keluar saja, dan hari itu sebenarnya memutuskan untuk nggak kesana dulu.
Entah kenapa, di tengah perjalanan, kami memutuskan untuk mencoba lagi. Namun, karena kami keluar di pintu yang cukup jauh, akhirnya harus memutari area masjid Nabawi untuk kembali ke pintu 30.
Saat kami sampai, keadaan tidak seramai tadi. Namun, tetap8 ada jemaah yang masih berdiam diri di sana. Entah benar atau tidak yang kami datangi ini Raudhah apa bukan yang pasti tempat ini ramai. Dalam hari, saya nyeletuk dong, “gimana mau sholat, lah wong penuh begini. Menaruh kepala aja susahnya bukan main.”
Tahu nggak apa yang terjadi, tiba-tiba ada orang yang menepuk pundak saya dan berkata, “ do you want to pray here?” Tentu saja aku mengangguk. Orang itu berdiri lalu menyerahkan tempat sholatnya kepada saya. Saya takjub, lalu melihat ke arah orang tadi dan dia menghilang. Saya bingung dong, dia itu manusia atau malaikat, yang pasti kejadian tadi membuat saya yakin, bahwa benar ada doa-doa kita selama di Baitullah dikabulkan Allah tanpa disaring.
Baca juga:
- Pengalaman Umroh yang tidak terlupakan
- 5 Destinasi yang tidak terlupakan
- Tips Hangout Ke Cafe Bareng Keponakan
- Menginap Di Hotel Aria Gajayana Malang
Dijaga Orang Saat Melakukan Sholat di Raudah
Umrah yang kedua, saya pergi sama ortu dan beberapa sanak famili yang berusia lanjut usia. Kemana-mana, dia selalu ikut kami dan saya orang yang sigap untuk menuntun atau membawakan kursi lipatnya.
Tiba saatnya berziarah ke Raudhah bersama rombongan. Kali ini peraturan di sana harus didampingi Tasreh alias ketua rombongan. Kami berangkat setelah sarapan pagi, lupa dalam rombongan sekitar 8-10 orang. Sampai di Nabawi, kami sedikit diberi pengarahan bahwa nanti metodenya kita akan duduk bersama jamaah dari negara lain untuk masuk ke dalam Raudhah.
Antriannya cukup lama sekitar 10 menit menunggu, lalu rombongan sesama Indonesia akan dikumpulkan menjadi satu. Kami berjalan cukup panjang dan sampai juga pada karpet hijau di mana menjadi batas Raudhah. Bagi yang sepuh, dipilihkan lokasi yang dekat pilar karena aman dari tubrukan jemaah lain. Sedangkan saya dan Mami, dibawa maju ke depan. Kalau tidak salah pada baris ketiga, Cukup ramai dan agak berdesakan.
Petugas tasreh tadi menyuruh saya untuk sholat, dengan kedua tangannya dia menjaga saya, meski beberapa kali kepala dan mukena ini ditarik-tarik jamaah lain. Hal yang membuat saya terharu ketika melihat Mami shalat dengan khusuk sambil dijaga oleh seorang ibu dan anak. Keduanya membuat lingkaran rapat, untuk mencegah orang lain menabrak Mami. Masya Allah. Allah kirimkan sepasang Malaikat untuk menjaga ibu saya hingga shalat selesai.
Bisa Shalat Di Shaf Depan Setelah Membantu Sesama Jamaah
“Jangan pernah capek berbuat baik karena kamu nggak bakal tahu kapan kebaikanmu dibalas oleh orang lain.”
Umrah ketiga ini, kami berangkat dengan rombongan cukup besar. Biasanya hanya bertiga dengan Mami dan Papi. kali ini lebih ramai dengan kehadiran kakak peremouan dan suaminya. Sebuah perjalanan yang menyenangkan.
Jemaah rombongan kali ini ada dua orang berusia lansia. Sejak keberangkatan dari bandara Juanda ada sedikit kendala tasnya dibongkar petugas karena membawa gunting kuku. Untungnya selama perjalanan umrah lancar jaya.
Hari itu bersama rombongan sehabis sarapan, kami bergegas berkumpul di pelataran masjid Nabawi. Pemimpin rombongan menjelaskan mekanisme yang nantinya akan dilakukan saat masuk Raudhah nanti. Kebetulan, pagi itu ada 3 lansia termasuk Mami yang membutuhkan bantuan. Sehingga pemimpin rombongan berinisiatif untuk lewat jalan pintas alias jalan khusus di mana hanya bisa dilalui oleh Askar.
Di Pertengahan jalan, kami dicegat oleh Askar, bahwa yang bisa lewat jalan ini hanya yang sakit saja, sedangkan saya dan Mbak Dini harus memutar. Lalu, ketua rombongan menjelaskan bahwa Mami kakinya sakit, sedangkan 2 lansia ini membutuhkan pengawalan saya dan Mbak Dini. Alhamdulillah, atas izin Allah kami diperbolehkan masuk.
Para lansia dicarikan lokasi yang aman dan nyaman dekat pilar, sedangkan saya dan Mbak DIni pasrah saja diajak pimpinan rombongan ke depan. Awalnya skeptis karena memang kondisi sedang ramai, siapa sangka kami bisa shalat di bagian shaf paling depan dengan penjagaan pimpinan rombongan. Subhanallah, itu seperti mimpi karena kami berdua bisa berada dalam posisi paling depan, nyaman dan bisa khusuk berdoa dengan puas.
Bagi saya pengalaman spiritual di Raudhah ini menjadi sesuatu yang tidak terlupakan bahwa kebesaran dan kekuasaan Allah itu benar apa adanya. Intinya kita harus selalu berbuat dan berprasangka baik selama berada di tanah suci. Seperti yang kita ketahui, bahwa di tanah suci, semua doa yang kita panjatkan akan dikabulkan tanpa melalui saringan, jadi kita harus banyak berdoa dan melakukan hal-hal yang baik.
Kalau kalian, apa pengalaman spiritual yang pernah dialami saat ke tanah suci