Pengalaman Mengantri Membeli Handphone
Beberapa tahun silam, saya dan Mbak Dini (kakak perempuan) pernah ikutan mengantri untuk membeli handphone Nokia. Waktu itu, brand tersebut mengeluarkan model baru dengan keyboard Qwerty yang bisa terbilang masih jarang.
Ketika tahu bahwa akan ada pembelian langsung, kami antusias untuk ikutan. Selisih harga yang ditawarkan bisa dibilang lumayan daripada ketika harga barang tersebut beredar di pasaran (otak dagang mulai bermain).
Malam itu kami mulai mencari tahu lagi lebih detail, jam berapa acara dimulai sehingga bisa mempersiapkan diri. Tentunya malam itu kami tidur lebih awal supaya kondisi tetap prima selama acara berlangsung.
Pagi hari, sempat ada pembicaraan serius di antara kami berdua. Keraguan muncul, akankah kami siap untuk melakukan hal ini. Yah, maklum seumur hidup belum pernah beli barang yang harus mengantri panjang. Mba Dini sempat pesimis karena nantinya kondisi akan ramai serta khawatir dengan kondisi kesehatan saya. Well, pada akhirnya kami tetap lanjut untuk berkerumun bersama ratusan orang sekalian mau sedikit melakukan pengamatan.
Kelakuan Orang Ketika Mengantri
Kami berdua sampai di lokasi sekitar jam 08.00 pagi, sudah terlihat antrian yang mengular di depan lobby Royal Plaza. Padahal acara peluncurannya akan dilakukan tepat jam 10.00. Terlihat antusias warga Surabaya yang luar biasa.
Jika ingin mengamati karakter orang lain, lihatlah saat mengantri.
Sembari berbaur dengan antrian, saya asyik mengamati karakter para orang-orang dalam barisan. Ada yang datang dengan pakaian kaos oblong model singlet, celana pendek lengkap dengan topi dan kacamata hitam. Ada juga yang bawa koran, jika lelah bisa duduk di bawah. Ada juga yang pakai joki, kayaknya sih penjual handphone di mall, pakai jasa babysitter anaknya, dilengkapi sama payung.
Kami berdua?
Pakai baju biasa aja dengan bahan kaos yang adem dan menyerap keringat, polosan nggak pakai topi karena sudah pakai hijab dan tidak lupa pakai sunblock biar tidak gosong. Oh iya, tidak ketinggal dua botol air mineral.
Semakin siang, antrian makin panjang. Matahari semakin naik. Mulailah diuji ketahanan diri. Emosi mulai naik sedikit, gesekan sama yang di depan saja sudah memicu pertengkaran. Saya malah ngajak ngobrol sama orang yang di depan.
Sekitar jam 09.00, datang seorang wanita yang tiba-tiba mencolek saya. Bertanya pada kami, apakah boleh menyela antrian. What? Kami berdua saja sudah rela datang pagi demi dapat antrian di bagian depan, ini perempuan baru datang minta tempat.
Saya menolak dong,eh si dia ngerayu Bapak di bagian depan. Kami berdua membisiki si Bapak agar ikutan menolak, masak iya rela memberikan tempatnya untuk orang yang tidak dikenal, dan terlebih lagi wanita tersebut dalam keadaan sehat bugar. Bapak tersebut ikutan menolak, perempuan muda tersebut pergi meninggalkan kami.
Rupanya, perempuan tersebut berhasil merayu lelaki muda yang berada beberapa langkah di depan kami. Dia pun berhasil menyela antrian. Saya cuman ketawa, pasti sebentar lagi bakal ada yang model begini lagi datang. Benar saja, seorang wanita muda ingin menyerobot antrian, sayangnya dia nggak berhasil yang ada malah disoraki banyak orang.
Beginilah yang bikin kesal ketika kita tengah mengantri di suatu tempat, akan selalu ada orang-orang yang pengin didahulukan padahal sudah ada banyak orang yang lebih dulu mengambil tempat. Banyak alasan yang dikeluhkan mulai dari kakinya sakit, terburu-buru dan bahkan ada yang cuek bebek nggak merasa bersalah karena sudah mengambil hak orang lain.
Kalau lagi malas berdebat sama orang biasanya saya memilih mengalah, cuman kalau lagi lelah terus hak saya diambil. Ngamuk dong. Dia pikir, saya tidak punya kepentingan lainnya apa?
Apakah kami berhasil mendapatkan HPnya?
Berhasil dong. Dapat Hp dengan harga murah itu sebuah keberuntungan, meski kaki letih karena berdiri beberapa jam. Selain itu, ada banyak cerita dan pengalaman yang kami dapatkan.
Mengantri itu membuat kita belajar tentang kesabaran.
Kalian, kalau lagi antri dan diserobot orang, biasanya apa yang dilakukan?