Satu hal yang aku syukuri hingga saat ini adalah Allah memberikanku hati yang kuat.
“Mbak, pernah nggak sih merasa bersyukur karena dilahirkan sebagai seorang swastikha?”
Itu pertanyaan yang dilontarkan Wulan saat kami membahas soal pengalaman hidup. Mimpi apa ya semalam, kok bisa-bisanya kami membahas obrolan yang begitu serius. Padahal biasanya chat kami ini nggak jauh-jauh dari urusan meratapi masa lajang, film dan memilih buku.
Tulisan kolaborasi Wulan bisa kalian baca di sini: Terima Kasih Tuhan, Saya Wulan Kenanga
Terus terang saya cukup kaget mendengar pertanyaan ini, bahkan terlintas dalam benak saya pun tidak. Pertanyaan ini membuat saya merenung dan menyadari bahwa selama 33 tahun perjalanan hidup, saya tidak pernah melihat apa yang istimewa dari kelahiran seorang Swastikha ini?
Percaya deh, mencari kelebihan dan kekurangan diri sendiri itu susahnya minta ampun. Sama susahnya dengan mengurai benang yang udah kusut. Saya jadi teringat saat kuliah perdana sebagai mahasiswa Psikologi, ketika dosen saya meminta semua mahasiswa untuk melakukan analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) terhadap diri sendiri. Hari itu kami dibuat pusing tujuh keliling, tiga puluh menit waktu yang diberikan dosen terasa sebentar. Saya bisa menyelesaikannya walaupun tidak maksimal. Dari situ saya tahu bahwa menganalisa diri sendiri itu bukanlah hal yang mudah.
Ah, iya sebagai seorang manusia terkadang kita malah asyik sibuk ngamatin kekurangan orang lain, sibuk mantengin akun gosip yang membahas berita-berita artis terkini atau malah mengkhayalkan hidup orang lain sambil berharap akan kecipratan hoki. Salah sih nggak, hanya saja seringkali membuat lupa akan diri kita sendiri.
Cerita lain tentang saya: Tiga Puluh Tiga Tahun
Pernah nggak sih kita merenungkan diri tentang arti kehadiran kita ini?
Keluarga dan sahabat adalah orang-orang yang turut andil membesarkan jiwa saya. Memberikan pelukan hangat ketika saya berada dalam tahapan tergelap dalam hidup. Mereka jugalah yang menjadi alasan saya untuk tegak berdiri sambil membuktikan bahwa ‘Saya sama seperti orang normal lainnya.’
Mungkin benar kata salah satu teman saya “Bahwa setiap manusia itu diciptakan dengan permasalahan tersendiri karena ada alasannya.” Andaikan saya terlahir normal sama seperti orang lainnya, mungkin blog ini tidak akan terlahir. Tak akan ada tulisan atas nama swastikha yang berseliweran di jagad maya (meskipun kebanyakan tulisannya tentang cinta). Bisa saja saya menjadi orang yang sombong, meremehkan orang lain dan melakukan hal-hal yang merugikan orang lain.
Rasa sakit yang saya alami ini sebagai penanda jikalau saya sombong, Allah akan menegurnya lewat sakit ini. Saya yang dulu pernah mengutuk Tuhan karena tidak adil. Belakangan ini, perlahan berterima kasih karena saya dilahirkan sebagai Swastikha bukan orang lain. Bukan dia? dia dan dia?
Apapun kamu? Siapapun kamu? Bersyukurlah kamu dilahirkan sebagai kamu.
Salam,
16 Comments. Leave new
Titik air mataku menjawab itu semua mbak.. terkadang kita memiliki pertanyaan apa yang ingin kita lakukan selama kita hidup.. makasih ya mbak sharingnya.. buat hidup lebih bermakna😘
Terima kasih mel sudah berkunjung
Setuju dgn pernyataan bahwa setiap manusia diberi masalah karena ada alasannya. Dan pasti Allah memberi masalah sesuai dengan kemampuan masing2.
Tetap semangat dan cheerful ya
Makasih mba tatit. Semoga selalu kuat
Bersyukur dan bersyukur ya mbak… Karena Allah memiliki alasan menghadirkan kita dengan segala keunikan keadaan masing-masing
Terima kasih sudah berkunjung mbak
Insyallah bersyukur jadi diri sendiri yang seperti ini..
Amin. Mari bersyukur tentang diri kita
Setiap manusia dilahirkan dgn kelemahan dan kelebihan masing-masing mbak.. dengan mensyukurinya akan membuat hiduo kita lebih bahagia.. aamiin😊
Amin. Semoga kita bisa selalu bersyukur ya
KErEN banget mba Tikhaaa
makasiy udah nulis postingan yg sweet banget ini yaaa
–bukanbocahbiasa(dot)com–
Thanks for coming mba 🙂
Bersyukur dan keep khusnudzon sm Alloh jd obatnya ya mba.. Tetap semangat mba, ini msh dunia,qt punya ujian masing2..insy surga balasannya.aamiin
Iya, mba. Makasih sudah mampir
Pertanyaanya mak jleb banget. Kalau aku dengar atau baca pertanyaan ini di beberapa tahun lalu mungkin aku akan bilang tidak bersyukur, pengin jadi si A B C.
Tapi beruntung lah sekarang dikasih perubahan dalam pemikiran. Lebih bisa bersyukur dan menerima apapun yang diberikan dan yang harus dijalani.
Intinya sih bersyukur banget banget 🙂
bersyukurlah karena kita dilahirkan dengan penuh kebaikan