Pengalaman Culture Shock Saat Liburan Ke Luar Negeri
Sejak saat masih kanak-kanak, saya membayangkan jalan-jalan ke luar negeri itu menyenangkan. Naik pesawat, lalu saat sampai bisa puas menjelajah ke negara tersebut.
Sampai suatu hari saya melakukan perjalanan ke luar negeri Ternyata ada banyak hal-hal yang membuat saya takjub karena ada banyak perbedaan dengan negara tercinta kita Indonesia
Biar nggak semakin melebar yuk kita bahas satu per satu
Citarasa Makanan dan Minuman
Rasanya kalau keluar negeri, makanan ini suka jadi kejutan tersendiri. Entah rasanya yang nggak cocok dengan lidah orang Indonesia atau harganya beneran bikin pusing mendadak.
Kalau buat saya, rasa makanan mungkin nggak terlalu terasa failed ya karena ada beberapa makanan yang rasa rempahnya mirip sama Indonesia dan kebetulan tipe lidah saya itu adaptable.
Nah, yang agak repot kalau bawa ortu karena selama ini mereka bukan tipe yang suka eksplorasi seperti anaknya. Jadi, ini PR banget kalau mengajak mereka liburan ke luar negeri. Harus pintar cari makanan yang sesuai di lidah. Pas liburan beberapa tahun lalu ke Singapore, kami akhirnya memilih makanan padang yang harganya luar biasa kalau pakai kurs Indonesia.
Nggak salah, kalau pada akhirnya banyak orang bepergian ke luar negeri membawa makanan sendiri dari Indonesia, karena takut mengalami gegar budaya.
Kebiasaan Orang Di Setiap Negara itu Berbeda
Saat kami membawa ortu ke Singapore, kakak lelaki saya sudah mengingatkan bahwa kebiasaan orang di Singapore itu berbeda dengan di Indonesia. Jadi, jangan kaget kalau nanti menemukan hal yang tabu, seperti ciuman di depan umum.
Hal ini yang terjadi pada saya saat antri keluar dari imigrasi. Di depan saya ada lelaki dan perempuan yang awalnya saya kira tidak saling kenal. Eh, makin lama kok mereka makin melakukan kontak fisik dan akhirnya make out dong.
Jujur, saya agak terkejut melihat secara langsung, tapi berusaha menahan diri untuk nggak komentar. Dan, pas lagi di ruang tunggu, ortu marah-marah melihat adegan ciuman tersebut, kok katanya nggak sopan. Saya bilang sama mereka, ini bukan Indonesia jadi di sini ya lumrah.
Sama juga pas naik bus saat perjalanan Singapore-KL. Takjub saja melihat jubelan orang masuk ke Imigrasi, lalu cepat menghilang karena orang-orang di sana tidak suka basa-basi. Buat mereka itu waktu adalah uang, jadi nggak ada namanya ngobrol sama teman di jalan.
Orang yang senyum sama kita aja bisa dihitung jari, jadi cukup dimaklumi.
Perbedaan Waktu
Ketika umroh, saya sempat kaget dengan perbedaan waktu yang ada. Kalau nggak salah sekitar 5 jam lebih lambat dengan waktu di Indonesia. Saat di sana masih siang, jam biologis badan ini yang sudah terbiasa mengikuti waktu Indonesia, alhasil selama ibadah bawaannya ngantuk. Dan ini cukup membuat badan saya kaget di awal umroh. Butuh penyesuaian sampai beberapa hari.
Ini berlaku juga saat balik ke Indonesia. Berhubung jam 7 pagi di sini, masih jam 2 pagi Saudi Arabia. Alhasil pas masuk kerja, rasanya pengin tidur aja. Begitu juga jam tidur malam juga ikut berubah karena harus menyesuaikan perbedaan waktu. Buat saya ini agak cukup menyiksa.
Baca juga:
Nilai Tukar Mata Uang
Nilai tukar mata uang ini juga agak bikin dag dig dug kalau mau bepergian dalam negeri. Harus mengira-ngira berapa banyak uang yang harus kita bawa selama perjalanan. Kalau mata uangnya hanya punya selisih sedikit, itu sih nggak papa, tapi beda lagi kalau nilai mata uang kita jadi rendah di sana.
Bikin agak cemas karena tiap mau beli sesuatu harus dikonversikan ke rupiah dan itu yang bikin nyesek. Ini kejadian pas makan di Singapore, makan nasi padang bertiga habis sekitar 1,5 juga. Padahal, di Indo itu bisa makan sampai mual-mual. Wkwk.
Yap, itulah cerita beberapa pengalaman gegar budaya yang saya alami ketika di bepergian ke luar negeri. Namun, semua ini menjadi pembelajaran yang bikin saya nggak kapok untuk geret koper lagi dan melanglang buana.
Kalian, pernah mengalami culture shock nggak ketika bepergian?