Saya suka gemas setiap kali sedang makan di sebuah resto atau pusat makanan di mana selalu ada saja makanan yang bersisa di piring. Kalau cuman tinggal beberapa butir sih nggak masalah ya. Ini hampir
separuh lebih.
Nah. Lo. Harusnya dia mengira-ngira dulu apakah makanan yang dimakan bakal habis atau tidak. Setidaknya kalau tidak habis kan bisa dibawa pulang saja ketimbang tergeletak begitu saja. Padahal di luar sana masih banyak orang yang berperang dengan kelaparan.
Ada lagi di sebuah pesta, saya bertemu seseorang yang mengambil banyak makanan di atas piringnya. Ternyata dia hanya memakannya beberapa sendok lalu ditinggalkan saja di atas meja. Duh, kesal deh. Fenomena ini kayaknya nggak hanya terjadi pada satu atau dua orang. Aneka banyak makanan yang tersaji di pesta pernikahan kerap kali membuat lapar mata, termasuk saja juga kok, tapi sebisa mungkin saya mengambil dalam porsi sedikit sehingga bisa mencicipi yang lain.
Cerita yang lain.
Saya pernah bepergian dengan beberapa teman, kalau nggak salah waktu itu adalah perjalanan dari Singapura ke Malaysia. Kami sampai tengah malam dan kelaperan. Saya sendiri sudah kelelahan, dan lengket dan ingin segera bertemu kasur. Karena beberapa teman ingin makan malam. Saya terpaksa mengikutinya. Sambil setengah mengantuk, kami menunggu hidangan yang kami pesan. Sengaja tidak makan di tempat karena sudah terlalu
malam.
Singkat cerita kami kembali ke hotel. Saya nggak terbiasa makan di malam hari memilih untuk mandi sedangkan
teman saya mulai membuka makanannya. Sehabis mandi, saya lihat dia sudah rebahan di kasur. Saya tanya apa dia sudah selesai makan? Dia menjawab sambil menunjuk makanannya di tempat sampah. Sekilas saya masih melihat tumpukan nasi di dalam kotak stereofoam dan dia membuangnya begitu saja. Astaga, rasanya saya sebal melihat kelakuan dia.
Oke, sebenarnya itu memang bukan urusan saya sih. Hanya saja buat saya itu amat mengganggu.
Makanan itu kan dibuat dengan proses yang amat panjang. Ada banyak peran-peran orang di dalamnya yang akhirnya membuat makanan itu bisa dimakan. Ada petani yang harus bekerja keras membuat padi dengan kualitas baik. Ada pegawai yang harus rela bangun pagi supaya bisa belanja bahan masakan, ada peran tukang masak yang harus meracik bahan-bahan itu menjadi sebuah olahan, ada kerja pramusaji yang mengantarkan makanan untuk sampai pada pelanggan. Dan, begitu sampai di tangan pelanggan hanya dimakan beberapa sendok dan dibuang. Kebayang nggak sih sedihnya mereka itu. Kerja keras mereka seakan tidak dihargai.
Coba deh kita lihat berita soal negara Ethiopia yang penduduknya sedang menderita kelaparan. Mereka saja nggak tahu rasanya makanan enak bahkan rasanya air bersih itu seperti apa? Kita yang bisa merasakan seperti apa makanan enak itu harusnya lebih bersyukur. Salah satu caranya dengan menghabiskan makanan yang kita ambil. Kalau memang kamu tidak bisa menghabiskannya, ambillah dalam porsi kecil sesuai kebutuhanmu.
Saya sendiri sebisa mungkin untuk menghabiskan makanan yang saya ambil. Saat berada dijamuan makan, saya memilih mengambil makanan dalam porsi sedikit supaya nantinya bisa mencoba makanan yang lain ketimbang semua makanan ditumpuk jadi satu dan nggak kemakan. Mubadzir.
Tahukah kamu ada berkah dalam setiap makanan yang kita makan?